Jumat, 14 Oktober 2011

WISUDA DARUL FALAH BENGKALIS

Hari ini adalah hari bersejarah bagi seluruh santri kelas VI karena hari ini mereka diwisuda dan sekaligus pengumuman kelulusan Ujian Nasional. Sebanyak 21 orang santri berpakaian hitam putih plus berjaket hitam dengan gagah perkasa bagaikan prajurit yang akan berlaga di medan perang. Dengan parade yang mirip barisan tentara diiringi tabuhan kompang mereka melangkah dari kantor besar

menuju arena acara di halaman Madrasah Aliyah.
Acara ini dihadiri oleh seluruh majlis guru beserta para santri, para wali santri dan juga undangan dari kepala sekolah-kepala sekolah dan para pemuka masyarakat desa Pematang Duku dan Ketam Putih. Melengkapi tenda tamu juga datang para alumni angkatan pertama beserta para alumni santri yang tergabung dalam satu naungan payung yaitu Ikatan Keluarga Alumni Darul Falah Bengkalis (direncanakan malam ini mereka akan mengadakan rapat pembentukan pengurus IKA-DF di kampus Pondok Pesantren Terpadu Darul Falah Pematang Duku). Padahal mereka datang tidak hanya dari Pulau Bengkalis tetapi dari berbagai daerah seperti Bukit Batu, Bandul (Merbau), dan Dumai.
Wisuda kali ini dimeriahkan dengan persembahan zapin santriwati, koor santri kelas VI dan apresiasi puisi santri yunior ditambah lagi dengan tabuhan kompang dan rebana. Setiap kali kata sambutan maka akan dinaikkan dengan tabuhan kompang dan diturunkan dengan tabuhan rebana.
Koor santri kelas VI diiringi apresiasi puisi oleh Merdianto dan Umi Muniroh yang dijawab dengan apresiasi puisi dari salah seorang ustadz. Tidak sedikit santri yang menitikkan air mata mendengar lantunan lagu syahdu perpisahan dan kata-kata puisi yang mengiris kalbu, bahkan di antara ustadzah ada yang tak dapat menghentikan tetesan air matanya.
Sungguh tak disangka dan tak diduga, tiba-tiba pada sekitar jam 11.45 WIB hujan turun dengan lebatnya mengguyur arena acara dan serta merta para undangan merapat di tengah-tengah tenda karena hujan disertai angin yang kencang. Panitia penyelenggara pun kelihatan sibuk berlari ke sana dan ke sini menutupi sound system dan speaker bagaikan pohon tinggi di tengah lapang yang condong ke kanan dan condong ke kiri diterpa angin.
Setelah berkonsultasi dengan Pimpinan Pondok maka acara ditutup untuk sementara waktu dengan 3 alasan; pertama hujan sangat lebat, kedua hampir masuk waktu sholat zhuhur, dan ketiga waktu makan siang. Setelah makan siang dan sholat zhuhur acara pun dilanjutkan kembali, apalagi hujan sudah reda dan cuaca semakin cerah. Acara yang dinanti-nantikan pun tiba: WISUDA SANTRI KELAS VI ANGKATAN KE-2 Periode 2010-2011 M/1431-1432 H. Pimpinan Pondok, Drs. Auzar H. Umar didampingi para Kepala Madrasah mengalungkan sorban putih sebagai simbol kelulusan  dan penyerahan ijazah pondok.
Belum kering air mata yang membasahi pipi para santri kelas VI, Ustadz Amin, S.Ag menaiki pentas menyampaikan pengumuman kelulusan dengan cara memanggil mereka satu-persatu ke atas pentas dan membaca sendiri keputusan hasil ujian nasional apakah lulus atau tidak lulus. Tak ayal lagi ada yang berteriak sehabis suaranya mengatakan ‘aku lulus aku lulus aku lulus’, ada yang sujud syukur dengan deraian air mata kebahagiaan karena upaya mereka ternyata membuahkan hasil yang memuaskan.
Namun, sepandai-pandai murid tentu lebih pandai lagi gurunya bersandiwara menyembunyikan kelulusan santrinya. Yusri Akbar menangis tak bersuara dengan mimik wajah pucat tak berdarah karena  dia menerima amplop kosong yang berarti tidak lulus. Suasana tegang dan senyap karena ada di antara santri kelas VI yang tidak lulus dan Yusri Akbar menuruni anak tangga meninggalkan pentas dengan gontai penuh penyesalan. Tapi ternyata itu hanya sebuah sport jantung yang dilakukan Ustadz Amin, S.Ag menyadarkan mereka yang terlalu gembira karena lulus. Yusri Akbar dipanggil kembali dan diberikan amplop yang berisi potongan kertas bertuliskan ‘saya lulus’, Yusri Akbar pun tersenyum sumringah menerima keputusan yang melegakan hatinya.
Pengumuman pun disudahi karena   santri kelas VI sudah dipanggil semua, tetapi suasana kembali tegang dan mencekam tertuju kepada Merdianto, Harfan Doni, dan Muhammad Ali yang mengacungkan tangan sambil berteriak; “Ustadz, saya belum dipanggil”. Mereka bertiga pun berlari dengan wajah yang bingung bercampur sedih, apalagi ditimpali oleh Ustadz Amin, S.Ag yang mengatakan bahwa nama mereka bertiga tidak ada di dalam lembaran hasil keputusan ujian nasional dari propinsi.
Muhammad Ali yang berbadan tinggi besar itu histeris tak dapat dibujuk rayu, semakin dibujuk semakin histeris, dia menangis sejadi-jadinya tak malu lagi ditonton oleh adik-adiknya dan para wali santri. Akhirnya dia terkulai menangisi keputusan yang sangat memilukan hatinya. Sementara Merdianto memukul-mukul dinding background pentas tak percaya kalau dia tidak lulus sedangkan Harfan Doni termangu-mangu melongo tak berkata sepatah kata pun. Nasi telah menjadi bubur. Bahkan sempat terjadi adu mulut antara Ustadz Ahmad Fadhli Saputra dengan Ustadz Sibaril Ahyadi, S.Sos, kepala MA yang menyesali kelengahan kepala madrasah dan majlis guru dan menuntut agar ketiga santri tersebut diluluskan dengan cara apapun.
Sekali lagi, ternyata itu hanya sebuah sandiwara dadakan yang tak direncanakan sebelumnya. Muhammad Ali bangkit dari terkulainya dan Merdianto sujud syukur begitu juga Harfan Doni. Sorak-sorai pun menggema dan seluruh hadirin kembali gembira dan bersyukur karena ternyata hanya sebuah sandiwara. Santri kelas VI (XII MA) lulus 100 % dengan nilai tertinggi 8,2yang diraih oleh Ririn Intriyani santri asal desa Sekodi dan terendah 7,5 beberapa orang.
Acara wisuda ini juga dilengkapi dengan sekaligus melantik pengurus OSIS masa bakhti 2011-2012 yang diketua oleh Almuttaqin, santri kelas V asal desa Simpang Ayam dan wakil Muhammad Rusmawardi, santri kelas IV asal Simpang Ayam juga.

0 komentar:

Posting Komentar